Legenda TamBORA
“Tambo”
Legenda Tambora adalah kisah, ‘cerita rakyat Tambora’, yang dituturkan secara turun temurun dari
orang-tua kepada anaknya sebagai ‘iktibar’
bagi generasi ‘penerus bangsa’ yang
mesti belajar dari sejarah kelam akan petaka yang dahsyat menimpa mereka
tentang sebab akibat dari Sifat dan Prilaku Manusia yang hidup penuh dengan, ‘kesombongan,
keangkuhan, keserakahan dan kelicikan’ akan berbuah petaka.
Pada
abad XVIII di Pulau Sumbawa ‘agama Islam’
sedang berkembang dengan pesatnya, yang di bawa pemuka-pemuka, tokoh tokoh
Islam dari Jawa dan Sulawesi, tak terkecuali Tambora sebagai salah satu
kerajaan di belahan timur kaki Gunung
Tambora. Kisahnya, pada masa itu
kerajaan Tambora kedatangan seorang rohaniawan Islam dari Sulawesi yang bernama Tuan Guru Shaleh dalam
perjalanan perniagaannya ke pulau-pulau (antar) pulau di Nusantara.
Sebagai pendatang baru di Kerajaan Tambora,
kehadiran Tuan Guru Shaleh tentunya menarik perhatian masyarakat Tambora, karena kepiawaiannya dalam berniaga dan keramah-tamahannya
betutur kata. Tuan Guru Shaleh dikenal dermawan dan suka memberikan nasehat
serta petunjuk dalam hidup dan kehidupan mereka.
Pada suatu
hari ‘ashar’, ketika Tuan Guru Shaleh selesai melaksanakan aktivias perniagaannya
dan menunaikan ‘shalat’ sebagai kewajiba seorang ‘muslim’ dia melihat se-ekor anjing masuk ‘langgar ’
tempat dia ber-ibadah, berkatalah Tuan Guru Shaleh “..... bahwa memakan anjing
itu haram hukum-nya menurut hukum ‘syareat’ Islam”. Dst.
Dari saat itulah
Tuan Guru Shaleh ‘terkenal’ di Tambora sebagai
pendatang,
orang baru di kerajaan Tambora dan sampailah kabar, berita tersebut ke telinga Sang Raja, bahwa ada seorang Tuan Guru pembawa ajaran Islam yang dermawan menyebarkan pahamnya di ibu kota ‘pusat
kerajaan’ Tambora dan, menyatakan makan Anjing itu ‘ haram’..! ,... hukumnya. Mendengar
kabar tersebut Sang Raja jadi penasaran, maka di utuslah beberapa orang
kepercayaannya untuk menyelidiki dan membuktikan kabar berita yang didengarnya.
Tak lama berselang kembalilah mereka dengan laporan atas penyelidikan dan kebenaran tentang kabar berita tersebut.
Marahlah
Sang Raja, dan dipanggillah para ‘penggawa/ abdinya’, untuk membuat ‘siasat’
guna mempermalukan Tuan Guru Shaleh di hadapan petinggi dan masyarakat Tambora.
Direncanakanlah sebuah acara ‘adat’ serta mengundang masyarakat Tambora untuk
meramaikan acara tersebut. Lalu di undanglah Tuan Guru Shaleh dengan siasat
yang telah disepakati dalam sebuah perjamuan makan ‘pesta makan’ ke istana
Raja.
Pada acara
tersebut dihidangkanlah makanan dari daging ‘anjing’ khusus
buat ‘Tuan Guru Shaleh’, serta daging ‘kambing’ buat para tamu lainnya. Setelah selesai pesta, dihadapan
para tamu undangan berkatalah Sang Raja dengan bangganya ( ‘merasa telah
berhasil memperdaya Tuan Guru Shaleh untuk memakan daging anjing’,) kepada
Tuan Guru Shaleh : “perdebatan antara RT ( Raja Tambora) dan TGS (Tuan Guru
Shaleh) “:
RT : kepadaTuan Guru tamu kami yang mulia, bagaimana ‘rasa’ jamuan kami ...!
TGS : paduka Raja, Alhamdulillah tentu saja rasa-Nya
enak. Terimakasih Sebelum-Nya.
RT
: Ha ha ha itulah dia yang Tuan Guru ‘makan’ , Anjing Haram.
Enak Tu Tuan Guru, dengan nada mengejek ... (para penggawa dan abdi rajapun
jadi riuh...)
TGS: (dengan tenang dan penuh ke-arifan). Paduka,
yang saya makan ya daging Kambing. InsyaAllah..!
RT
: Ha ha ha ... Tuan Guru, kami yang membuat masakan itu dan kami yang
tau pasti apa yang kami perbuat, nah kalau Tuan Guru benar coba buktikan ... !!!
(gaya raja dengan congkaknya..).
TGS : MasyaAllah ... gumam Tuan Guru.
Jadi.., Saya akan buktikan apa yang masuk perut/yang
saya makan itu, jika saya panggil ‘kambing’
dia akan jawab ‘mBeek’ dan jika saya panggil ‘anjing’
dia akan jawab ‘gukguk’ di perut saya atau di perut Paduka Raja.
RT : Ha ha ha ha Tuan Guru Lah yang pangil ...
ha ha ha ( para tamu dan penggawapun ikut melecehkan/mengolok Tuan Guru). Mana mungkin ‘anjing’ dan ‘kambing’ mati
bisa telah dipanggil...!
TGS : Tuan Guru
Shaleh-pun berdiri memandang para hadirin, : Paduka serta Para Hadirin semua
saya harap perhatian kita semua, karena saya akan membuktikan kata-kata/keyakinan saya.
Pertama saya akan panggil apa yang saya
makan, kedua baru saya panggil apa yang paduka makan. Gimana..!!!
RT :
Setuju... ayo panggil dan buktikan. ??? ayo
...! (yang hadir menimpali).
TGS : Hai ‘kambing’ menyahutlah .!!!
mBeekkk.... ,
Suara kambing pun keluar dari perut Tuan Guru Shaleh.
Hai ‘Anjing” .... !!!
Guguk guguk,...
gonggongan ‘anjing’ pun terdengar dari perut Sang Raja.
RT : Mukanya Merah dan
Marah. Para penggawa dan abdi terpana, karena
kelicikikan, aib serta rahasia
mereka pada terbuka. Raja merasa kalah, malu dan memerintahkan para
penggawa menghukum/meng-eksekusi Tuan Guru Shaleh.
TGS : di Eksekusi
Mati sesuai perintah Sang Raja Yang Murka, di akhir kalimatnya Sang Rohaniawan “Tuan
Guru Shaleh “ berkata :
‘.. yang batil itu akan
lenyap/hancur, dan yang di sisi Allah akan kekal/abadi’.
Tak lama
dari kejadian tersebut meletuslah Gunung
Tambora meluluh lantakkan Tiga
(3) Kerajaan disekitarnya (Kerajaan Sanggar, Kerajaan Tambora, dan
Kerajaan Pekat) lenyap bagai
ditelan bumi.
gambar dari,
Legendapun berlanjut dengan munculnya Tuan Guru Shaleh di laut/selat belahan barat
kaki Gunung Tambora yang di kenal dengan ‘Teluk Shaleh’.
Hingga kini “tambo”, cerita, mitos, legenda Meletusnya Gunung
Tambora masih dapat kita dengar dari mulut-kemulut dengan beragam versi sebagai cerita rakyat Tambora.
Penulis “tambo”/Pemerhati Tambora
Bukhari Retman, Drs
SP-5 Tambora
2010
***
**
*
Mengenang 200 th/Dua Abad Meletusnya Gunung Tambora dan
60 th Konferensi Asia Afrika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar