Kamis, 23 April 2015

LEGENDA TAMBORA



 



Legenda  TamBORA

 “Tambo” Legenda Tambora  adalah kisah, ‘cerita rakyat Tambora’,    yang dituturkan secara turun temurun dari orang-tua kepada anaknya sebagai ‘iktibar’ bagi generasi  ‘penerus bangsa’ yang mesti belajar dari sejarah kelam akan petaka yang dahsyat menimpa mereka tentang sebab akibat dari Sifat dan Prilaku Manusia yang hidup penuh dengan, ‘kesombongan, keangkuhan, keserakahan dan kelicikan’ akan berbuah petaka.
Pada abad  XVIII di Pulau Sumbawa ‘agama Islam’ sedang berkembang dengan pesatnya, yang di bawa pemuka-pemuka, tokoh tokoh Islam dari Jawa dan Sulawesi, tak terkecuali Tambora sebagai salah satu kerajaan  di belahan timur kaki Gunung Tambora.  Kisahnya, pada masa itu kerajaan Tambora kedatangan seorang rohaniawan Islam dari Sulawesi  yang bernama Tuan Guru Shaleh dalam perjalanan perniagaannya ke pulau-pulau (antar) pulau di Nusantara.
 Sebagai pendatang baru di Kerajaan Tambora, kehadiran Tuan Guru Shaleh tentunya menarik perhatian masyarakat Tambora,  karena kepiawaiannya dalam berniaga dan keramah-tamahannya betutur kata. Tuan Guru Shaleh dikenal dermawan dan suka memberikan nasehat serta petunjuk dalam hidup dan kehidupan mereka.
Pada suatu hari ‘ashar’, ketika Tuan Guru Shaleh selesai melaksanakan aktivias perniagaannya dan menunaikan ‘shalat’ sebagai kewajiba seorang ‘muslim’  dia melihat se-ekor anjing masuk ‘langgar ’ tempat dia ber-ibadah, berkatalah Tuan Guru Shaleh “..... bahwa memakan anjing itu haram hukum-nya menurut hukum ‘syareat’ Islam”. Dst.
Dari saat itulah Tuan Guru Shaleh ‘terkenal’ di Tambora  sebagai
pendatang, orang baru di kerajaan Tambora dan sampailah kabar, berita tersebut  ke telinga Sang Raja, bahwa  ada seorang Tuan Guru  pembawa ajaran Islam yang dermawan  menyebarkan pahamnya di ibu kota ‘pusat kerajaan’ Tambora dan, menyatakan makan Anjing itu ‘ haram’..! ,... hukumnya. Mendengar kabar tersebut Sang Raja jadi penasaran, maka di utuslah beberapa orang kepercayaannya untuk menyelidiki dan membuktikan kabar berita yang didengarnya. Tak lama berselang kembalilah mereka dengan laporan atas  penyelidikan dan  kebenaran tentang kabar berita tersebut.
Marahlah Sang Raja, dan dipanggillah para ‘penggawa/ abdinya’, untuk membuat ‘siasat’ guna mempermalukan Tuan Guru Shaleh di hadapan petinggi dan masyarakat Tambora. Direncanakanlah sebuah acara ‘adat’  serta mengundang masyarakat Tambora untuk meramaikan acara tersebut. Lalu di undanglah Tuan Guru Shaleh dengan siasat yang telah disepakati dalam sebuah perjamuan makan ‘pesta makan’ ke istana Raja.
Pada acara tersebut dihidangkanlah makanan dari daging ‘anjing’ khusus buat ‘Tuan Guru Shaleh’, serta daging ‘kambing’ buat para tamu lainnya. Setelah selesai pesta, dihadapan para tamu undangan  berkatalah Sang Raja dengan bangganya (merasa telah berhasil memperdaya Tuan Guru Shaleh untuk memakan daging anjing’,) kepada Tuan Guru Shaleh :  “perdebatan antara RT ( Raja Tambora) dan TGS (Tuan Guru Shaleh) “:
 RT   : kepadaTuan Guru tamu kami yang mulia,  bagaimana ‘rasa’ jamuan kami ...!
TGS : paduka Raja, Alhamdulillah tentu saja rasa-Nya enak. Terimakasih Sebelum-Nya.
RT   : Ha ha ha itulah dia yang Tuan Guru ‘makan’ , Anjing Haram. Enak Tu Tuan Guru, dengan nada mengejek ... (para penggawa dan abdi rajapun jadi riuh...)
TGS:  (dengan tenang dan penuh ke-arifan). Paduka, yang saya makan ya daging Kambing. InsyaAllah..!
RT   : Ha ha ha ... Tuan Guru, kami yang membuat masakan itu dan kami yang tau pasti apa yang kami perbuat, nah kalau Tuan Guru benar coba buktikan  ... !!!  (gaya raja dengan congkaknya..).
TGS  : MasyaAllah ... gumam Tuan Guru.
 Jadi..,  Saya akan buktikan apa yang masuk perut/yang saya makan itu, jika saya panggil ‘kambing’ dia akan jawab  ‘mBeek’ dan jika saya panggil ‘anjing’ dia akan jawab  ‘gukguk’ di perut saya atau di perut Paduka Raja.
RT   : Ha ha ha ha Tuan Guru Lah yang pangil ... ha ha ha ( para tamu dan penggawapun ikut melecehkan/mengolok Tuan Guru). Mana mungkin ‘anjing’ dan ‘kambing’  mati bisa telah dipanggil...!
TGS :  Tuan Guru Shaleh-pun berdiri memandang para hadirin, : Paduka serta Para Hadirin semua saya harap perhatian kita semua, karena saya akan membuktikan kata-kata/keyakinan saya.
Pertama saya akan panggil apa yang saya makan, kedua baru saya panggil apa yang paduka makan. Gimana..!!!
RT   : Setuju... ayo panggil dan buktikan. ???  ayo ...! (yang hadir menimpali).
TGS : Hai ‘kambing’ menyahutlah .!!!
 mBeekkk.... ,
Suara kambing pun keluar dari perut Tuan Guru Shaleh.
          Hai ‘Anjing” .... !!!
 Guguk guguk,...
gonggongan ‘anjing’ pun terdengar dari perut Sang Raja.
RT   : Mukanya Merah dan Marah. Para penggawa dan abdi terpana, karena kelicikikan, aib serta rahasia mereka pada terbuka. Raja merasa kalah, malu dan memerintahkan para penggawa menghukum/meng-eksekusi Tuan Guru Shaleh.
TGS  : di Eksekusi Mati sesuai perintah Sang Raja Yang Murka, di akhir kalimatnya Sang Rohaniawan  Tuan Guru Shaleh berkata :
‘.. yang batil itu akan lenyap/hancur, dan yang di sisi Allah akan kekal/abadi’.
Tak lama dari kejadian tersebut meletuslah Gunung Tambora  meluluh lantakkan Tiga (3) Kerajaan disekitarnya (Kerajaan Sanggar, Kerajaan Tambora, dan Kerajaan Pekat)  lenyap bagai ditelan bumi. 

 Hasil gambar untuk tambora
 gambar dari,

 Legendapun berlanjut dengan munculnya Tuan Guru Shaleh di laut/selat belahan barat kaki Gunung Tambora yang di kenal dengan  ‘Teluk Shaleh’.
Hingga kini “tambo”,  cerita, mitos, legenda Meletusnya Gunung Tambora masih dapat kita dengar dari mulut-kemulut dengan beragam versi sebagai cerita rakyat Tambora.
Penulis “tambo”/Pemerhati Tambora

Bukhari Retman, Drs
SP-5 Tambora
2010
***
**
*
 Mengenang 200 th/Dua Abad Meletusnya Gunung Tambora dan
60 th Konferensi Asia Afrika